Artikel Terkait Pengembangan Diri
Ingin Punya Toko Online Sendiri? Daftar Sekarang | Lihat Demo
Dapatkan potongan Rp350.000 menginap di AirBnB : 3 Cara Mudah Booking Kamar di AirBnB | Voucher Diskon AirBnB
PAKAR NUSANTARA, JAKARTA - Guru Dorna sedang melatih para Pandawa dan para Kurawa berlatih memanah. Lima orang Pandawa dan sembilan puluh sembilan Kurawa berbaris memegang busur dan anak panah. Yang menjadi sasaran adalah sebuah burung kayu yang digantung di atas pohon. Dursasana mendapat giliran pertama. Sebelum ia melepaskan anak panahnya, Dorna bertanya, ”Apa yang Kau lihat Raden?” Maka Dursasana pun menyahut, ”Hamba melihat burung goreng yang lezat siap disantap Guru.” Lalu Dorna pun menjawab, ”Jangan lepaskan panahmu, turunkan busurmu!” Tanpa bertanya, Dursasana pun mengurungkan niatnya untuk melepas anak panah dan menurunkan busurnya. Bima mendapat giliran berikutnya. Dengan otot-ototnya yang kuat, Bima merentangkan busurnya dan menarik anak panah yang siap dilesatkan. Dorna kembali bertanya, ”Apa yang Kau lihat Raden?” Segera Bima menjawab dengan lantang, ”Hamba melihat sebuah burung kayu tergantung di atas pohon Guru.” Lalu Dorna pun memberi perintah, ”Jangan lepaskan panahmu, turunkan busurmu!” Berbeda dengan Dursasana, Bima bertanya, ”Mengapa Guru?” Dorna segera menjawab, ”Anak panahmu tidak akan mengenai sasaran.” Bima pun menuruti perintah gurunya meskipun ia tampak kecewa. Arjuna mendapat giliran berikutnya. Dengan sorot matanya yang tajam, ia merentangkan busur dan menarik anak panah, siap untuk dilesatkan. Dorna kembali bertanya, ”Apa yang Kau lihat Raden?” Arjuna pun menjawab dengan tenang. ”Hamba melihat anak panah hamba ini menancap tepat di leher burung kayu itu Guru.” Lalu Dorna berteriak nyaring, ”Lepaskan anak panahmu Raden!” Segera Arjuna melepaskan anak panahnya. Diiringi desingan yang menderu, anak panah Arjuna itu pun melesat dengan kencang menuju sasaran dan akhirnya menancap tepat di leher burung kayu yang menjadi sasaran tersebut.
Para Pandawa yang lain dan para Kurawa pun tercengang. Mengapa Dorna melarang Dursasana dan Bima melepas anak panahnya sedangkan ia memperbolehkan Arjuna melepas anak panahnya? Apakah karena Arjuna adalah murid kesayangan Dorna? Bukan! Dorna adalah seorang guru yang baik. Ia tahu mana yang benar dan yang salah untuk anak didiknya. Meskipun Dorna sangat menyayangi Arjuna, Dorna tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya. Dorna melarang Dursasana dan Bima untuk melepas anak panah karena Dorna tahu bahwa mereka belum belajar dengan baik. Hal ini tercermin dari jawaban mereka. Sebaliknya, Dorna memerintahkan Arjuna melepas anak panahnya, karena Arjuna telah memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan untuk melepas anak panah tersebut. Hal ini terbukti tidak saja dari jawabannya, tetapi juga anak panah Arjuna memang benar-benar mengenai leher burung kayu tersebut.
Apakah syarat yang dibutuhkan oleh seorang ksatria sebelum ia melepaskan anak panahnya? Jawabannya adalah: fokus.
Untuk urusan memanah, Arjuna memiliki fokus sedangkan Dursasana dan Bima tidak. Fokus adalah kemampuan untuk memusatkan semua energi yang dimiliki kepada suatu sasaran tertentu dan mempertahankannya hingga akhirnya sasaran tersebut tercapai. Kunci keberhasilan dari fokus bukan terletak pada seberapa besar kekuatan yang dimiliki tetapi seberapa terpusat dan konsisten kekuatan tersebut. Bima dan Dursasana jauh lebih besar dan kuat dibandingkan Arjuna, tapi mereka gagal memusatkan kekuatannya secara konsisten untuk membidik burung kayu itu. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak ilustrasi berikut ini.
Pada pukul sembilan pagi, saat matahari bersinar tajam, Anda meletakkan selembar kertas di bawah sebuah surya kanca (atau kaca pembesar). Segera surya kanca tersebut mengumpulkan sinar matahari dan membakar kertas tersebut beberapa detik kemudian. Bandingkan bila sekarang Anda menggunakan dua buah surya kanca secara bergantian. Setiap detik Anda menggantikan surya kanca tersebut secara bergiliran satu dengan yang lain. Apa yang terjadi dengan kertas tersebut? Setelah berjam-jam, kertas tersebut tetap utuh, tidak terbakar. Mengapa dua surya kanca yang diletakkan secara bergantian tidak bisa membakar kertas? Jawabannya adalah karena dua surya kanca yang dipasang secara bergantian tidak bisa menciptakan fokus.
Terkadang, dalam suatu organisasi atau perusahaan kita tergoda untuk menambah lebih banyak orang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun kita lupa bahwa terlalu banyak orang akan menciptakan pengalihan fokus. Orang-orang yang tidak bisa berkontribusi akhirnya mulai mengobrol dan mengganggu orang-orang yang sesungguhnya sedang bekerja. Akhirnya, pekerjaan justru lebih lama terselesaikan bahkan bisa jadi terbengkalai. Kembali ke contoh surya kanca tadi, kondisi sebaliknya bisa juga terjadi. Anda menggunakan satu buah surya kanca tapi sekarang Anda memiliki dua kertas yang hendak dibakar. Anda meletakkan surya kanca tersebut secara bergantian di atas kedua kertas tadi masing-masing selama satu detik. Hasilnya? Setelah mencoba berjam-jam, tidak ada satu pun kertas yang terbakar. Tentu Anda bisa membakar kedua kertas tersebut seandainya masing-masing diletakkan di bawah surya kanca cukup lama sampai terbakar.
Dalam prakteknya, Anda mungkin memiliki terlalu banyak tujuan (analogi dari kertas) yang hendak dicapai pada satu periode tertentu. Anda kemudian mengalokasikan sumber daya Anda secara bergantian untuk mencapai tujuantujuan tersebut. Hasilnya, setelah Anda mencoba cukup lama, tidak ada satu pun tujuan yang bisa tercapai. Padahal bila Anda bisa memfokuskan alokasi sumber daya Anda pada tujuan tujuan tersebut satu per satu, besar kemungkinan Anda bisa mencapainya.
Hal yang perlu Anda ingat adalah bila diarahkan dengan benar, fokus bisa menghasilkan kekuatan yang maha dahsyat. Itulah sebabnya sinar laser yang merupakan hasil kumpulan berbagai spektrum cahaya bisa meledakan sebuah batu karang atau membelah baja yang keras. Mengapa fokus bisa mengoptimalkan dan bahkan melipatgandakan energi yang kita miliki? Berikut ini beberapa penjelasan yang saya dapatkan.
Dengan berusaha untuk fokus, Anda akan bisa terbebas dari faktor-faktor pengganggu yang bisa menyerap energi Anda untuk hal-hal yang tidak perlu. Salah seorang pengusaha terkenal suatu ketika bercerita. Selama ini ia merasa sudah sibuk setiap hari mengerjakan pekerjaannya. Namun setiap minggu pekerjaannya tidak pernah selesai dan malah bertumpuk.
Dengan berusaha untuk fokus, Anda akan bisa terbebas dari faktor-faktor pengganggu yang bisa menyerap energi Anda untuk hal-hal yang tidak perlu. Salah seorang pengusaha terkenal suatu ketika bercerita. Selama ini ia merasa sudah sibuk setiap hari mengerjakan pekerjaannya. Namun setiap minggu pekerjaannya tidak pernah selesai dan malah bertumpuk.
Suatu ketika ia mencoba ide baru. Ia masuk ke ruang kerjanya, menutup pintu dan jendela rapat-rapat, mematikan hand-phone dan televisi, kemudian mulai bekerja. Ajaib! Pekerjaannya bisa diselesaikan hanya dalam waktu beberapa jam saja. Padahal, selama ini waktu satu minggu tidak pernah cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya tersebut. Itulah kekuatan fokus. Fokus membantu kita untuk menjaga agar energi yang kita miliki tidak terbuang percuma sehingga dapat digunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengusaha tadi, selama ini tidak pernah bisa memusatkan energinya karena konsentrasinya selalu teralihkan. Entah oleh suara televisi, dering telepon, tamu yang tiba-tiba datang, dan lain-lain. Tetapi, ketika ia memutuskan untuk mengunci diri di ruang kerjanya, maka seluruh energi yang dimilikinya bisa diarahkan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Fokus juga membantu kita untuk mempertahankan besaran dan arah dari energi yang kita keluarkan secara konsisten. Untuk hal ini, saya memiliki sebuah ilustrasi lain yang menarik. Satu tanki yang penuh terisi air disemburkan dengan menggunakan selang kepada sebuah batu yang besar. Segera batu ini menjadi goyang karena kekuatan air tersebut. Namun setelah beberapa saat, air dalam tanki tersebut habis. Lalu apa yang terjadi dengan batu tersebut? Tentu saja batu tersebut menjadi basah dan sempat sedikit tergoyangkan tapi setelah itu, batu tersebut kembali seperti sedia kala. Bandingkan sekarang bila tanki air tersebut diletakkan di atas batu yang sama. Bedanya, sekarang tanki tersebut dilubangi sebesar lubang jarum. Air perlahan-lahan menetes tepat di atas batu tersebut. Mungkin butuh waktu berbulan-bulan sampai air tersebut habis.
Fokus juga membantu kita untuk mempertahankan besaran dan arah dari energi yang kita keluarkan secara konsisten. Untuk hal ini, saya memiliki sebuah ilustrasi lain yang menarik. Satu tanki yang penuh terisi air disemburkan dengan menggunakan selang kepada sebuah batu yang besar. Segera batu ini menjadi goyang karena kekuatan air tersebut. Namun setelah beberapa saat, air dalam tanki tersebut habis. Lalu apa yang terjadi dengan batu tersebut? Tentu saja batu tersebut menjadi basah dan sempat sedikit tergoyangkan tapi setelah itu, batu tersebut kembali seperti sedia kala. Bandingkan sekarang bila tanki air tersebut diletakkan di atas batu yang sama. Bedanya, sekarang tanki tersebut dilubangi sebesar lubang jarum. Air perlahan-lahan menetes tepat di atas batu tersebut. Mungkin butuh waktu berbulan-bulan sampai air tersebut habis.
Namun apa yang terjadi dengan batu tersebut? Benar, batu itu berlubang cukup dalam. Tanpa fokus, kita akan lebih mudah kehabisan energi seperti air yang disemprotkan dengan menggunakan selang. Tetapi dengan fokus, kita bisa lebih mengatur sumber daya yang kita miliki dan menggunakannya dengan terarah dan hemat sehingga, seperti air yang menetes tadi, kita bisa melubangi batu yang besar sekali pun. Kekuatan lainnya dari fokus adalah membantu kita untuk memiliki keteguhan hati atau persistensi. Untuk urusan keteguhan hati ini, marilah kita simak kembali kisah Bob Willen, peserta lomba lari marathon yang diadakan di New York tahun 1986. Bob adalah seorang veteran perang yang kehilangan sepasang kakinya. Ia menggunakan kedua tangannya untuk menempuh jarak sejauh 42 kilo meter tersebut.
Setelah berjuang lebih dari empat hari, Bob benar-benar sudah hampir pingsan. Tangannya berlumuran darah dan keletihan benarbenar terpancar dari wajahnya. Namun Bob akhirnya mencapai garis finish. Segera saja ia diwawancarai oleh para wartawan dan reporter. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah apa yang menyebabkan Bob bisa bertahan dan akhirnya mencapai garis finish. Bob menjawab, ”Sejak perlombaan ini dimulai, pandangan mata saya selalu tertuju ke garis finish.” Itulah kekuatan dari fokus.
Fokus Bob kepada garis finis membantu ia untuk terus bertahan dan akhirnya bisa menyelesaikan lomba lari marathon tersebut.
Fokus Bob kepada garis finis membantu ia untuk terus bertahan dan akhirnya bisa menyelesaikan lomba lari marathon tersebut.
- Apakah Anda merasa sudah mengerahkan semua kemampuan Anda namun masalah-masalah Anda tidak kunjung beres dan malah bertambah?
- Ataukah Anda sedang berusaha untuk mencapai sesuatu namun setelah mencobanya berkali-kali, Anda belum juga berhasil mencapainya?
Saran praktis saya, singkirkan semua pengganggu, pusatkan usaha Anda, dan mulailah untuk fokus. Dengan tatapan mata yang tajam seperti Arjuna, Anda akan bisa melihat tujuan Anda dengan jelas seperti anak panah yang menancap di leher burung kayu.
Selamat mencoba!
Oleh : Jemy V Confido
Oleh : Jemy V Confido
Link ke artikel ini: https://pakarnusantara.blogspot.com/2015/09/kekuatan-fokus.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel Kekuatan Fokus ini jika bermanfaat bagi Sobat.
Ingin pasang artikel atau beriklan? kunjungi halaman ini Pasang Iklan
Post a Comment Blogger Facebook