Menu

Admin Admin Author
Title: Rahasia Alam Gunung Prau
Author: Admin
Rating 5 of 5 Des:
Hanya setinggi 2.565 mdpl, membuat Gunung Prau kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian pendaki. Coba bandingakan saja dengan ‘si kemb...

Artikel Terkait Jalan-jalan

Ingin Punya Toko Online Sendiri? Daftar Sekarang | Lihat Demo

Dapatkan potongan Rp350.000 menginap di AirBnB : 3 Cara Mudah Booking Kamar di AirBnB | Voucher Diskon AirBnB
Hanya setinggi 2.565 mdpl, membuat Gunung Prau kerap dipandang
sebelah mata oleh sebagian pendaki. Coba bandingakan saja dengan ‘si
kembar’ gunung Sindoro (3.340 mdpl) dan Gunung Sumbing (3.155 mdpl),
Gunung Prau seakan kalah menantang. 
Teks & Foto DodyWIRASETO

PAKAR NUSANTARA, YOGYAKARTA - Namun banyak pula yang terjebak dengan data, ketika fakta membuktikan, gunung tetaplah gunung dan Gunung Prau juga menyimpan tantangan.

"Kami mau pemanasan dulu di Prau, baru setelah itu lanjut ke Sindoro," ungkap sekelompok pendaki asal Jakarta, ketika istirahat sejenak di base camp Patak Banteng. Base camp yang dapat dicapai menggunakan minibus dari terminal Mendolo dan turun di Kantor Lurah Patak Banteng ini merupakan jalur favorit pendaki. Waktu yang lebih singkat dibanding melalui jalur lainnya yakni Dieng, adalah alasan utama melalui jalur ini.

Obrolan santai selama di Patak Banteng membuat kami akrab dan akhirnya bergabung menjadi satu kelompok pendakian. Setelah membayar biaya Rp 10.000 per orang termasuk asuransi di base camp, kami pun mulai pendakian. Obrolan santai di awal perjalanan seorang pendaki memberikan sedikit bocoran tentang jalur yang akan dilewati. "Jalur ini lumayan berat, tidak ada bonus alias jalan mendatar," ungkapnya. Fisik kuat dan tekad yang bulat membuat bocoran itu menjadi tantangan terhadap diri saya.

Diri ini memang sedang butuh tantangan, hanya sekedar mengukur sejauh mana batas kemampuan. Gunung adalah media penguji terbaik. Sejauh mana tekad dan keinginan yang akan membawa diri ke puncak. Tekad langsung diuji di jalur-jalur awal.

Jalur menanjak tersaji tanpa ampun. Walaupun masih di pedesaan dengan kanan kirinya rumah penduduk, namun sudut kemiringannya sudah membuat nafas ini mulai memburu detak jantung Jalur menanjak semakin curam hingga di ujung jalan desa. Baru puluhan langkah, nafas dan keringat mulai terasa berat. Kabut yang mulai beranjak turun sedikit mendinginkan kepala namun terus memanaskan semangat. Dari sini pemandangan sekitar desa terasa seperti maket perumahan dengan latar gugusan bukit-bukit menghijau. Ya, baru sampai ujung desa saja sudah begini bagusnya, apalagi nanti di atas sana. Semangat!

Beberapa langkah dari ujung desa, pos 1 pendakian mulai terlihat. Di jalur Patak Banteng ini terdapat 3 Pos pendakian yakni Sikut Dewo, Canggal Walangan dan Cacingan. Di pos-pos inilah yang sering digunakan sebagai tempat istirahat, bercengkerama dan mengisi ulang semangat yang ada. Semua pendaki sama, punya tujuan satu, puncak.

Mendaki di awal bulan April memang periode pendaki untuk melepas rindu. April adalah waktu dimana pendakian kembali dibuka setelah 3 bulan ditutup demi mengembalikan ekosistem di sekitar jalur pendakian. Disamping kondisi cuaca Desember-Maret yang memang memasuki musim hujan. Angin kencang, hujan deras dan tanah longsor akan mengancam keselamatan pendaki.

Namun kondisi cuaca kadang masih sulit ditentukan. Selepas dari pos satu, jalur yang saya lewati semakin ekstrem dengan kontur tanah licin. Hujan yang mengguyur sehari sebelumnya membuat tanah basah dan butuh ekstra hati-hati melewatinya. Apalagi tingkat kemiringan yang semakin terjal, membuat kerjasama dan saling tolong menolong antar pendaki menjadi kunci.

Melalui pos 2 dan pos 3 ujian semakin terasa. Tidak hanya kondisi jalan yang licin dan curam, tenaga yang mulai habis terkuras, seakan menggoda menyudahi pendakian ini. Tapi di titik ini, duduk santai sejenak, melihat pemandangan dari ketinggian adalah pemberi tambahan tenaga. Iring-iringan awan menari bersekat kabut dipermanis dengan landscape kawasan Dieng yang semakin terlihat jelas. Telaga Warna, bagai sebuah kolam kecil terlihat dari sini.

Puncak semakin dekat, dengan tenaga tersisa, langkah berat tersaput semangat yang semakin meningkat. Puncak adalah tujuan semua pendaki. Ketika semua sudah di depan mata, ucap syukur bergema. Puncak Gunung Prau adalah tempat tepat memanjakan fenomena alam yang ada. Dari Camp Area, Gunung Sindoro dan Sumbing terasa begitu dekat. Pun begitu kala malam tiba, fenomena Milky Way, akan mengisi malam dengan taburan bintang-bintang. Saya kehabisan katakata melihat malam ini, ini pertama kali saya merasakan hamparan bintang, layaknya sebuah lukisan alam. Amazing!

Suasana malam belum lagi hilang dari ingatan, kala pagi menjelang kesima saya kembali terulang. Dari Bukit Teletubies, titik tertinggi di puncak Prau, lembayung jingga mentari terbit mulai terlihat. Walau kadang tersaput kabut, tidaklah mengurangi rasa takjub saya terhadap tempat ini. Prau benar-benar memukau.

Setinggi apapun gunung yang didaki, gunung mengajarkan sebuah arti hidup. Bagaimana seorang pendaki memimpin dirinya sendiri menuju puncak. Proses panjang dan melelahkan, bersanding rintangan dan jalur yang menantang. Peka terhadap lingkungan dan sadar akan kemampuan kemudian diiringi tekad dan kerja keras akan membawa ke titik tertinggi, puncak.
Terima kasih telah membaca artikel Rahasia Alam Gunung Prau
Link ke artikel ini: https://pakarnusantara.blogspot.com/2015/07/rahasia-alam-gunung-prau.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel Rahasia Alam Gunung Prau ini jika bermanfaat bagi Sobat.

Ingin pasang artikel atau beriklan? kunjungi halaman ini Pasang Iklan

About Author

Tips & Trik

loading...

Post a Comment Blogger

  1. Salah satu spot sunrise di indonesia. Semoga tetap terjaga kelestariannya. Salam kenal.

    ReplyDelete

 
Top