Artikel Terkait Jalan-jalan , Wawasan
Ingin Punya Toko Online Sendiri? Daftar Sekarang | Lihat Demo
Dapatkan potongan Rp350.000 menginap di AirBnB : 3 Cara Mudah Booking Kamar di AirBnB | Voucher Diskon AirBnB
PAKAR NUSANTARA, YOGYAKARTA - Berabad-abad waktu telah terlewati, membangun wajah Yogyakarta yang istimewa. Merunut sejarah, provinsi ini menyimpan banyak cerita yang sisa-sisanya masih bisa dilihat hingga saat ini. Seperti halnya Kotagede, kota tua dengan peninggalan bangunan bersejarah simbol kejayaan Kerajaan Mataram Islam. Dulunya, Kotagede merupakan ibukota kerajaan Mataram Islam yang berkuasa di hampir seluruh Pulau Jawa.
Bersamaan dengan itu, di Kotagede mulai muncul kerajinan perak sekitar abad ke-16. Beberapa cerita sejarah menilai sebenarnya industri perak, emas, dan logam telah berkembang sejak abad ke-9 saat zaman Mataram Kuno. Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Jadi tidak heran bila industri Perak Kotagede semakin berkembang.
Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940an dengan munculnya perusahanperusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai motif baru. Industri perak mulai berkembang dan merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan perak.
Kini memasuki era yang lebih modern, wajah industri perak pun tetap lestari. Bahkan mayoritas pelaku industri menggunakan teknik yang masih tradisional. Aneka hiasan mulai dari hiasan tubuh, hiasan rumah bahkan hingga miniatur ikon-ikon Yogyakarta dapat dengan mudah ditemui. Kotagede adalah surga bagi pecinta perak dan juga lokasi tepat bagi yang ingin memberikan oleholeh unik khas Yogya.
Karena lokasinya yang tidak terlalu besar, berjalan kaki adalah pilihan yang menyenangkan. Kearifan lokal berpadu dengan sisa cerita lampau menjadi bagian dari perjalanan ini. Beberapa kali hilir mudik ibu-ibu membawa hasil belanja pasar dari Pasar Gede, yang oleh penduduk sekitar sering disebut Sargede.
Disisi lain, aktivitas workshop pembuat perak juga menarik hati. Di ujung jalan saya menemui sebuah workshop yang cukup besar dan menariknya, tempat ini juga membebaskan saya untuk melihat langsung proses pembuatan perak ini. Di pintu masuk saya langsung melihat seorang pekerja yang seperti sedang memintal benang perak. Dari benang perak ini nantinya dibentuk hiasan berbentuk unik seperti kupu-kupu, daun, dan bunga. Beberapa bagian lainnya menunjukkan aktivitas berbeda. Dimana ada proses pembakaran, penyepuhan, dan penyolderan, merangkai satu persatu hingga membentuk karya seni yang memiliki nilai jual. Sebuah tontonan seni yang bermanfaat, informatif dan membuat saya semakin menghargai kerja keras mereka dalam membuat sebuah produk seni ini. Di lorong lainnya terdapat sebuah tempat untuk memamerkan dan menjual semua produk peraknya. Berbagai kalangan datang untuk sekedar melihat atau membeli. Patung budha dan miniatur yang tertata rapi dengan tampilan cantik membuat takjub. Wajah sejarah budaya yang tetap lestari hingga kini.
Bersamaan dengan itu, di Kotagede mulai muncul kerajinan perak sekitar abad ke-16. Beberapa cerita sejarah menilai sebenarnya industri perak, emas, dan logam telah berkembang sejak abad ke-9 saat zaman Mataram Kuno. Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Jadi tidak heran bila industri Perak Kotagede semakin berkembang.
Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940an dengan munculnya perusahanperusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai motif baru. Industri perak mulai berkembang dan merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan perak.
Kini memasuki era yang lebih modern, wajah industri perak pun tetap lestari. Bahkan mayoritas pelaku industri menggunakan teknik yang masih tradisional. Aneka hiasan mulai dari hiasan tubuh, hiasan rumah bahkan hingga miniatur ikon-ikon Yogyakarta dapat dengan mudah ditemui. Kotagede adalah surga bagi pecinta perak dan juga lokasi tepat bagi yang ingin memberikan oleholeh unik khas Yogya.
Karena lokasinya yang tidak terlalu besar, berjalan kaki adalah pilihan yang menyenangkan. Kearifan lokal berpadu dengan sisa cerita lampau menjadi bagian dari perjalanan ini. Beberapa kali hilir mudik ibu-ibu membawa hasil belanja pasar dari Pasar Gede, yang oleh penduduk sekitar sering disebut Sargede.
Disisi lain, aktivitas workshop pembuat perak juga menarik hati. Di ujung jalan saya menemui sebuah workshop yang cukup besar dan menariknya, tempat ini juga membebaskan saya untuk melihat langsung proses pembuatan perak ini. Di pintu masuk saya langsung melihat seorang pekerja yang seperti sedang memintal benang perak. Dari benang perak ini nantinya dibentuk hiasan berbentuk unik seperti kupu-kupu, daun, dan bunga. Beberapa bagian lainnya menunjukkan aktivitas berbeda. Dimana ada proses pembakaran, penyepuhan, dan penyolderan, merangkai satu persatu hingga membentuk karya seni yang memiliki nilai jual. Sebuah tontonan seni yang bermanfaat, informatif dan membuat saya semakin menghargai kerja keras mereka dalam membuat sebuah produk seni ini. Di lorong lainnya terdapat sebuah tempat untuk memamerkan dan menjual semua produk peraknya. Berbagai kalangan datang untuk sekedar melihat atau membeli. Patung budha dan miniatur yang tertata rapi dengan tampilan cantik membuat takjub. Wajah sejarah budaya yang tetap lestari hingga kini.
Link ke artikel ini: https://pakarnusantara.blogspot.com/2015/08/kotagede-ikon-kerajinan-perak-yogyakarta.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel Kotagede Ikon Kerajinan Perak Yogyakarta ini jika bermanfaat bagi Sobat.
Ingin pasang artikel atau beriklan? kunjungi halaman ini Pasang Iklan
Post a Comment Blogger Facebook